mandiri dalam pengharapan

Rabu, 27 Oktober 2010

PENEGASAN ARTI II TIMOTIUS 2:2 BERKENAAN DENGAN PERTUMBUHAN GEREJA

PENEGASAN ARTI II TIMOTIUS 2:2 BERKENAAN DENGAN PERTUMBUHAN GEREJA BAB I PENDAHULUAN Menyimak kritikan mengenai pertumbuhan gereja adalah sebuah gerakan yang tidak mempunyai landasan Alkitabiah yang kuat, sehingga disebut sebagai gerakan yang tidak teologis atau miskin akan materi eksegesis. Pertumbuhan gereja hanya bersifat fenomenal yang hanya mengikuti trend yang ada pada saat itu. Untuk menangkal kritikan yang ada dan usaha untuk kembali kepada pertumbuhan gereja yang Alkitabiah, Donald Mc Gavran menegaskan bahwa gerakan pertumbuhan gereja adalah benar-benar teologis, Tuhan menghendaki agar domba-domba-Nya yang hilang diketemukan dan dibawa kembali ke kandangnya (Wartono, 2009: -). Jika diamati pertumbuhan gereja saat ini memang lebih bersifat fenomenal, dimana jika ada suatu gereja baru yang memiliki “sesuatu” yang berbeda dengan gereja lain yang kebetulan “sesuatu” itu sedang trend, maka akan menarik simpati umat Kristen dari gereja lain untuk beribadah di gereja tersebut. Pada kenyataan yang ada melalui keberadaan pertumbuhan gereja yang seperti ini tidak lebih dari semacam “migrasi” jemaat ke gereja lain, lebih parah hal ini menunjukkan jumlah gereja semakin bertambah tetapi dombanya tetap. Untuk menghindari hal yang serupa terjadi terus maka perlu adanya terobosan untuk sebuah pertumbuhan gereja yang teologis yang didasari materi eksegesis dari ayat-ayat Alkitab. Dalam kesempatan ini penulis mengetengahkan penegasan arti II Timotius 2:2 berkenaan dengan pertumbuhan gereja. BAB II PENEGASAN ARTI II TIMOTIUS 2:2 BERKENAAN DENGAN PERTUMBUHAN GEREJA A. LATAR BELAKANG AYAT Timotius adalah seorang yang dikasihi Paulus seperti anaknya sendiri karena ketaatannya dalam menjalankan tugas. Timotius memiliki kelemahan yaitu: pemalu, penakut, sering sakit-sakitan dan rendah diri yang berlebihan, sehingga memerlukan banyak nasehat pribadi dan dorongan iman. Dalam suratnya yang kedua ini Paulus menasehati Timotius agar tidak malu karena Injil Yesus Kristus (II Timotius 1:8) dan tidak malu karena rasul-Nya yang saat itu menjadi tahanan dan sedang diadili yang kemungkinan besar akan dijatuhi hukuman mati (Ensiklopedi Alkitab Masa Kini 1, 2000 : 479-480). Saat surat ini diterima, Timotius adalah gembala sidang di gereja Efesus (I Timotius 1:3) yang sedang menjalani tugas berat karena harus menghadapi ajaran dari guru-guru palsu dan sebagai seorang gembala sidang Timotius juga harus mengajarkan serta memberitakan Injil Kristus kepada setiap orang. Karena Paulus memahami bahwa Timotius adalah seorang yang memiliki banyak kelemahan maka dalam suratnya yang kedua Paulus menasehatkan supaya Timotius menjadi kuat oleh karena kasih karunia Yesus Kristus dengan terus mengingat apa yang sudah diajarkannya. Disisi lain Timotius juga diperintahkan untuk mengajarkan apa yang sudah diterimanya kepada orang lain yang juga cakap untuk mengajar kepada orang lain (II Timotius 2:2). Dalam menghadapi banyak ajaran yang dilakukan oleh guru-guru palsu yang menyesatkan, Paulus menegaskan kepada Timotius melalui surat penggembalaan ini supaya memusatkan diri pada hal-hal yang utama yang telah diajarkan kepadanya sebagai ajaran yang sehat (II Timotius 1:13) sehingga tidak menyimpang dari ajaran yang benar. Menurut Paulus cara terbaik dalam menghadapi ajaran sesat adalah dengan mengajarkan kebenaran (Hand Book To The Bible, 2002: 699). B. PENJELASAN AYAT II TIMOTIUS 2:2 Ungkapan rasul Paulus dalam II Timotius 2:2 ini menunjuk kepada keseluruhan ajaran Paulus yang disampaikan secara terbuka kepada Timotius selama bertahun-tahun, dimana ajaran itu pula yang harus diajarkan oleh Timotius kepada orang lain (Stott, t.t: 53). Ayat II Timotius 2:2 ini dapat dijelaskan dalam 3 tahap berikut ini: 1. Sebagai rasul Yesus Kristus, Paulus selalu menekankan bahwa Injil yang diajarkannya bukan Injil manusia. Dalam kalimat: apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, Paulus mengingatkan tentang apa yang telah diajarkannya kepada Timotius yang disebutnya sebagai ajaran yang sehat (Stott, t.t.: 52). Apa yang dituliskan Paulus dalam II Timotius 1:13 diulang dalam pasal 2:2, dimana kata akousai kata kerja indikatif aorist (telah) orang kedua tunggal dari kata dasar akouo artinya: apa yang telah didengar Paulus dari Kristus. Dalam Alkitab Bahasa Sehari-hari dituliskan: Ajaran yang dahulu sudah engkau dengar dari saya (TEV: proclaim) lebih menjelaskan apa yang dimaksud Paulus dalam II Timotius 2:2 yaitu ajaran Tuhan Yesus Kristus (Injil) yang telah diterima Paulus di dalam iman, telah diajarkan kepada Timotius di depan banyak orang. Jadi dalam bagian pertama ini menegaskan bahwa ajaran Tuhan Yesus Kristus (Injil) yang telah diterima dengan iman oleh Paulus telah disampaikan kepada Timotius di depan banyak orang. 2. Kalimat selanjutnya adalah percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, Paulus menegaskan supaya Timotius juga melakukan hal yang sama seperti yang telah dilakukan Paulus: mempercayakan Injil kepada Timotius. Paulus menghendaki agar Timotius mempercayakan Injil yang telah diterimanya dalam iman kepada orang-orang yang dapat dipercayai (Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, 2003: 705). Kata paranineo kata kerja imperatif (perintah mendesak = bersungguh-sungguh) orang ke dua tunggal, artinya: engkau harus sungguh-sungguh mempercayakan itu kepada orang lain. Dalam Alktab terjemahan Lama dikatakan: amanatkanlah kepada orang yang setiawan lebih menegaskan bahwa apa yang dilakukan oleh Paulus adalah sebuah amanat yang harus dijalankan. Sebelumnya Paulus telah menerima amanat Injil dari Tuhan Yesus Kristus kemudian amanat itu disampaikan kepada Timotius dan saatnya tiba bagi Timotius untuk mengamanatkan Injil yang telah diterimanya dengan iman itu kepada orang lain yang dapat dipercayai. Jadi dalam bagian ini Paulus menegaskan supaya Timotius bersungguh-sungguh dalam mengamanatkan Injil kepada orang yang dapat dipercayai seperti dirinya telah dengan sungguh-sungguh mengamanatkan Injil Kristus kepada Timotius. 3. Kalimat selanjutnya adalah yang juga cakap mengajar orang lain, Paulus memberikan syarat kepada siapa Timotius harus mengamanatkan Injil yang telah diterimanya dengan iman. Kata yang dipakai disini adalah didaskai berbentuk kata kerja aorist aktif dari kata dasar didasko yang artinya orang yang cakap mengajar orang lain. Orang yang yang cakap mengajar yang dimaksudkan Paulus disini adalah pelayan Firman yang fungsi utamanya mengajar dan penatua Kristen yang bertanggungjawab mengatur rumah Allah, dimana mereka semua haruslah orang-orang yang penuh setia (Stott, t.t.: 54). C. PENJELASAN PERTUMBUHAN GEREJA Menurut Rick Warren, gereja adalah organisme yang hidup dan sudah barang tentu gereja akan bertumbuh jika gereja itu sehat (Warren, 2004: 20). Gereja dikatakan sehat jika gereja melaksanakan 5 fungsi gereja dengan seimbang, yaitu masing-masing fungsi gereja dilaksanakan dengan baik dan sungguh-sungguh. Ini memberi penjelasan bahwasanya pertumbuhan gereja harus meliputi segala sesuatu yang ada sangkut pautnya dalam usaha membawa orang-orang untuk mempunyai hubungan pribadi dengan Kristus, kepada persekutuan dengan-Nya dan kepada keanggotaan gereja yang bertanggungjawab (Wartono, 2009: -). Gereja baru bisa dikatakan bertumbuh jika semua aspek yang ada terpenuhi, sehingga gereja dapat berjalan dengan baik dan dapat menerapkan Amanat Allah secara efektif untuk membawa semua bangsa menjadi murid-Nya. BAB III KORELASI PENEGASAN II TIMOTIUS 2:2 DENGAN PERTUMBUHAN GEREJA II Timotius 2:2 menegaskan tentang ajaran Kristus yang telah diterima dengan iman oleh Paulus telah disampaikan kepada Timotius dengan sungguh-sungguh dan bertanggungjawab di depan banyak orang. Kemudian Paulus menegaskan supaya Timotius bersungguh-sungguh dalam mengamanatkan Injil kepada orang yang dapat dipercayai terutama kepada pelayan Firman yang fungsi utamanya mengajar dan penatua Kristen yang bertanggungjawab mengatur rumah Allah, dimana mereka semua haruslah orang-orang yang penuh setia. Paulus dengan sungguh-sungguh dan bertanggungjawab mendidik Timotius supaya memiliki iman yang benar melalui pengajaran Injil, dimana Injil Kristus diajarkan kepada Timotius didepan banyak orang. Setelah itu Timotius diperintahkan supaya melaksanakan seperti apa yang dilakukan Paulus yaitu bersungguh-sungguh dan bertanggungjawab mendidik orang lain sampai orang lain dapat melakukan hal yang sama. Di era post modern ini kebenaran itu bersifat relatif dimana kebenaran itu tidak bisa digeneralisasikan kepada orang lain. Gereja yang mengemban amanat untuk memproklamasikan Injil kepada orang lain dihadapkan pada nilai-nilai yang berkembang di masyarakat, hukum negara dan keyakinan lain. Dalam arti kata bahwa jika gereja memproklamasikan Injil kepada orang lain pasti ada resiko dan konsekwensi yang harus diterima. Walaupun demikian, gereja harus tetap menjalankan amanat yang diembannya dengan memproklamasikan Injil kepada setiap orang yang belum percaya, sehingga setiap orang mempuyai hubungan pribadi dengan Kristus, bersekutu dengan-Nya dan menjadi anggota gereja yang baik. Dengan demikian gereja dapat bertumbuh dengan baik dan dapat menerapkan Amanat Allah secara efektif untuk membawa semua bangsa menjadi murid-Nya. BAB IV KESIMPULAN Meskipun ada banyak resiko dan konsekwensi negatif terhadap pemberitaan Injil oleh karena kebenaran yang bersifat relatif dan tidak bisa digeneralisasikan, gereja masa kini harus terus menjalankan Amanat Agung dengan meproklamasikan Injil dan memuridkan orang yang percaya untuk bisa juga memproklamasikan Injil kepada orang lain. Konsekwensi terhadap misi yang kita emban adalah tidak bisa dibantah, oleh karena Kristus menyertai kita sampai kepada akhir jaman menjadikan kita berani mengambil resiko. Pijakan keyakinan kita dalam menjalankan Amanat Agung lebih dikarenakan Injil itu bersifat sahih, acceptable dan powerfull. Di era post modern ini gereja yang merupakan kebenaran abadi dan dipimpin oleh pendeta yang memiliki integritas akan mampu berpijak pada sifat Injil yang sahih, acceptable dan powerfull sehingga kebenaran Kristiani bisa digeneralisasikan. Dengan demikian mau tidak mau, baik atau tidak baik waktunya gereja harus tetap menjalankan Amanat Agung. Tidak ada alasan lagi untuk tidak memproklamasikan Injil Kristus kepada setiap orang yang belum percaya. DAFTAR PUSTAKA Stott, R, W, John, Pemahaman dan Penerapan Amanat Alkitab Masa Kini: II Timotius, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih / OMF, t.t. Tim Penerjemah, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 1, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih / OMF, 2000. Tim Penerjemah, Hand Book To The Bible: Pedoman Lengkap Pemahaman Alkitab, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002. Tim Penerjemah, Tafsiran Alkitab Masa Kini Jilid 3 Cetakan ke-13, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih / OMF, 2003. Warren, Rick, The Purpose Driven Church Cetakan ke 5, Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2004. Wartono, Yosia, Dr, Catatan Kuliah Teologi Pertumbuhan Gereja, 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar